Banjarmasin – Setiap hari, ribuan warga Kota Banjarmasin melintasi jalan raya untuk beraktivitas. Namun, masih banyak di antara mereka yang abai terhadap keselamatan sendiri, khususnya saat menyeberang jalan. Zebra cross, yang sejatinya merupakan pelindung hak pejalan kaki, sering kali diabaikan dan dianggap hanya sebagai cat putih di atas aspal.

“Zebra cross bukan hiasan jalan. Itu adalah hak pejalan kaki yang harus dihormati dan dimanfaatkan,” tegas petugas Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin. Kampanye penggunaan zebra cross ini menyasar berbagai kalangan, mulai dari pelajar, pengguna jalan, hingga pengendara. Untuk mendukung hal tersebut, Dishub menurunkan petugas di titik-titik padat untuk membantu penyeberangan dan memberikan edukasi langsung kepada masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, Dishub masih menemukan banyak warga yang memilih menyeberang sembarangan—di tikungan, di sela-sela kendaraan yang padat, bahkan di bawah flyover. Kebiasaan tersebut bukan hanya membahayakan keselamatan diri sendiri, tetapi juga pengguna jalan lain. Lebih dari itu, tindakan tersebut juga merupakan pelanggaran hukum.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 275 Ayat (1) menyebutkan bahwa:

“Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000.”

“Keselamatan itu dimulai dari langkah kecil. Bila ada zebra cross, gunakan. Jangan pertaruhkan nyawa hanya karena terburu-buru atau malas berjalan beberapa meter,” ujar salah satu petugas pengatur lalu lintas di lapangan.

Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin berharap masyarakat mulai mengubah pola pikir dan menjadikan keselamatan sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari. Kota yang tertib dan aman lahir dari warganya yang disiplin dan peduli. Karena dari satu langkah kecil yang benar, kita bisa menyelamatkan nyawa.